Cinta Pertengahan

“Pilihlah pasangan melalui pendengaran,
bukan melalui penglihatan…”

Tidak semua orang memilih pasangannya atas dasar penampilan fisik. Inilah pesan kuat dalam film "Truth About Cats and Dogs". Dr Abby Barnes (Janeane Garofalo) yang secara fisik tidak menarik, lebih dipilih dibandingkan Noelle (Uma Thurman) yang cantik, oleh Brian (Ben Chaplin).

Wajar bila kita tertarik pada lawan jenis karena wajahnya cakep. Laki-laki kerap kali tertarik pada perempuan karena kecantikannya, dan perempuan cenderung menyukai lelaki yang ganteng. Ini yang kemudian mendorong laki-laki atau pun perempuan untuk lebih mengetahui dan dekat.

Mencoba untuk lebih mengenal dan dekat dengan lawan jenis diawali dengan ketertarikan fisik tampaknya tidak bijak. Kendati penilaian cakep (atau tidak) adalah relatif, tetapi sepertinya sikap ini akan selalu menafikan ruang pengenalan dan pendekatan bagi mereka yang tidak memiliki penampilan fisik yang cakep. Sehingga, tak ada cinta untuk yang tidak cakep. Cinta hanya untuk yang cakep.

Perlu usaha untuk berpikir jernih. Jika dikatakan cinta, itu hanyalah pembenaran dari sikap yang didasari oleh ketertarikan penampilan fisik. Cinta seperti itu hanya klaim dari obsesi laki-laki untuk mendapatkan perempuan cantik menjadi pasangannya dan sebaliknya. Itu adalah manuver atau kemasan yang diyakini memberi kesan luhur dengan harapan agar cinta (dengan dasar ketertarikan fisik) bisa diterima.

Cinta bukan seperti itu. Sebagai nilai yang memang luhur, jangan direndahkan oleh orientasi fisik. Cinta adalah sesuatu yang diberikan dan ditebarkan tanpa dasar atau orientasi dan pengharapan apapun. Cinta adalah bagaimana memberikan, mencurahkan dan mengusahakan segala yang kita miliki dan yang kita bisa, tanpa mengharapkan imbalan, balasan, dan hasil. Jika konteksnya terhadap lawan jenis, cinta adalah sikap menebarkan kebaikan dan kasih sayang tanpa mengharapkan dia menjadi pasangan. Cinta (sejati) tak harus memiliki.

Tetapi, tampaknya itu terlalu utopis. Sepertinya sulit ditemukan, jika bukan tidak ada.

Lalu bagaimana sikap kita pada keadaan ambivalen ini? Di satu sisi kita tergiur untuk menjadikan penampilan fisik sebagai acuan menilai dan mendapatkan pasangan, di sisi lain kita sulit mencintai seseorang tanpa adanya alasan memiliki kita untuk mencintai.

Karena itu, pilihlah pasangan melalui pendengaran bukan melalui penglihatan. Dengan mendengarkan perkataan seseorang secara langsung serta mendengarkan penilaian-penilaian orang lain. Dari situ kita bisa mengetahui sifat seseorang yang sebenarnya. Saya rasa cinta seperti ini lebih tinggi kedudukannya. Saya menyebutnya sebagai cinta pertengahan. []

USEP HASAN SADIKIN
http://www.surya.co.id/web/Citizen_Journalism/Cinta_Pertengahan.html

Comments