JOHN LENNON

Sabtu, 8 Desember 2007, satu pagelaran musik bertema “A Loving Tribute to John Lennon” diadakan di Depok Town Square, Depok. Dari temanya saja bisa diketahui, bahwa acara tersebut dipersembahkan untuk musisi besar asal Inggris bernama John Lennon, leader grup musik legendaris The Beatles. 8 Desember adalah tanggal tewasnya John. Dua puluh tujuh tahun yang lalu, seorang penggemarnya yang menderita schizofhrenia, Mark Chapman, menembaknya.

Saya jadi teringat salah satu lagu yang diciptakan oleh John dalam album ”Imagine” yang berjudul “I Don't Want To Be A Soldier”. Penggalan lirik lagu tersebut berbunyi: Well, I don't wanna be a soldier mama/ I don' wanna die/ Oh no. Seakan-akan John mengatakan: dia tak mau menjadi tentara, karena tidak mau (tertembak) mati. Ternyata tanpa jadi tentara pun John mati tertembak. Oh no!

Dalam sebuah wawancara John pernah berkata: “Bagaimana mungkin orang yang waras mengatakan album Imagine saya adalah karya terakhir yang bisa membuat saya sukses? Saya sekarang berusia 34 tahun, dan bila Tuhan menghendaki, saya masih bisa meraih sukses gemilang di usia 60 tahun atau berapa pun nanti”. Ternyata Tuhan menghendaki lain. 5 tahun setelah wawancara itu John tewas.

Memang, manusia hanya bisa berharap dan berusaha. Dalam kehidupan ini, ada yang namanya takdir. Pada umumnya kita mengartikannya sebagai kehendak Tuhan.
Suatu takdir tidak bisa kita ketahui, sebelum suatu takdir itu terjadi. Kadang takdir memang tidak sesuai dengan harapan atau keinginan kita. Sehingga, (mungkin) seringkali di antara kita tidak bisa atau tidak mau menerima apa yang sudah ditakdirkan. Tanpa sikap yang dewasa dalam menyikapi takdir tersebut yang timbul adalah kesedihan, kekecewaan dan keputusasaan. Maka tak salah jika Desi Ratna Sari mengatakan dalam sebuah lagunya bahwa, takdir memang ”kejam”.

Tetapi kita pun tahu bahwa, sesungguhnya takdir juga bisa kita lawan dan bisa kita rubah. Setidaknya ada literatur agama yang menegaskan bahwa Tuhan tidak akan merubah keadaan suatu kaum jika kaum tersebut tidak berusaha untuk merubah keadaannya.
Pertanyaannya, bagaimana kita bisa membedakan antara takdir yang bisa kita rubah dengan yang tidak bisa?

Sekarang keadaan dunia penuh dengan kerusakan, kekerasan, kemiskinan, kelaparan, peperangan, penindasan, dan yang lainnya. Cinta, kasih sayang, perhatian dan kepedulian serta kedamaian sudah menjadi barang langka. Apakah kita akan menempatkan keadaan tersebut kepada ruang takdir yang tidak bisa dirubah?; atau kita yakin bahwa keadaan tersebut bisa kita rubah?

Jika kita belum yakin bahwa keadaan tersebut bisa kita rubah; jika kita tidak percaya bahwa kebaikan, kesejahteraan, perdamaian dan cinta kasih, akan terwujud meluas mengisi dan menyelimuti ruang muka bumi ini, sepertinya kita perlu ”membangunkan” kembali John Lennon. Kita minta dia untuk menyayikan karya monumentalnya yang berjudul Imagine. Agar bisa menyadarkan dan mencerahkan diri kita mengenai pentingnya imajinasi sebagai awalan untuk suatu perubahan/ perlawanan terhadap takdir dan hal-hal yang menjadikan terjadinya takdir itu.

Imagine there’s no heaven. It’s easy if you try./ No hell bellow us. Above us only sky./ Imagine all the people, living for to day.
Imagine there's no countries. It isnt hard to do./ Nothing to kill or die for; No religion too./ Imagine all the people living life in peace.
Imagine no possessions. I wonder if you can./ No need for greed or hunger; A brotherhood of man./ Imagine all the people sharing all the world.
You may say Im a dreamer, but Im not the only one./ I hope some day you'll join us./ And the world will live as one. []

USEP HASAN SADIKIN
http://suma.ui.edu/?pilih=lihat&id=128

Comments