Sebuah Kisah antara Aku & Dewi

Suatu hari, ada orang bertanya,
”apakah Tuhan Esa, adalah tuhan kebhinekaan kita?”
Banyak orang menjawab,
”Tuhan Esa tuhan kami, bukan tuhan kita.”
Dewi malah bernada,
”Tuhan Esa, tuhan kita. Namanya berbeda-beda.
Allah, Jesus, Sang Hyang Widi, atau yang lainnya.”
Banyak orang bergumam.
Sedangkan aku tersenyum.

Lalu aku memberikan sebuah pandangan.
Keyakinan akan sebuah kebenaran,
bukanlah kebenaran sejati.
Kebenaran sejati bukanlah keyakinan,
melainkan kebenaran yang tlah diuji.
Dari senyum lebarnya,
tampaknya Dewi mengamini.

Di lain hari Dewi berpendapat bahwa,
kita memiliki kebebasan hak,
tapi diikuti kewajibannya.
Sebagaimana kita bebas memilih sekolah,
kemudian wajib mengikuti peraturannya.
Bagiku, itu pendapat sederhana,
tapi tak bisa untuk tak diterima.

Pernah aku bertanya pada semua,
”mengapa banyak kekerasan didasari oleh SARA?”
”Eksklusivisme!” , jawab Dewi
Aku menyakinkan Dewi bahwa,
pernikahan lintas identitas bisa menanggulangi kekerasan SARA.
Dewi lalu menanggapi,
”ya, tapi tidak untuk lintas agama.”
Oh Dewi, ternyata kamu eksklusif.

Pada pertemuan pagi yang dipersiapkan,
Dewi memberikan pandangan.
Emansipasi gender adalah kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.
Siapa pun bisa menjadi pemimpin.
Jika emosi lekat pada perempuan,
bukan alasan agar perempuan tak memimpin.
Jadikan itu sebagai kelebihan.
Kelebihan dan kekurangan harus kita sadari,
untuk mendorong sikap saling melengkapi.
Aku setuju Dewi.

Pagi itu, cerah mentari begitu terik.
”Apa itu cantik?”, tanyaku pada Dewi.
”Fisik menarik sebagai anugerah Sang Khalik.
Tetapi, cantik bagi Sang Khalik dan sesama,
karena kita berwawasan dan berprilaku baik.
Pagi itu, cerahnya mentari tersaingi
oleh pencerahan Dewi.

Di suatu malam,
Dewi mengganggu dengan pertanyaan,
”mana yang sebaiknya lebih dulu, iman atau ilmu?”
Aku jawab, ”keduanya bisa lebih dulu.
Orang yang menekankan pada intuisi,
dari iman dia memulai.
Bagi orang yang mengutamakan pikiran,
ilmu yang dia dahulukan.”
Kuharap Dewi setuju.

Sebuah kisah antara Aku dan Dewi,
adalah petualangan pemikiran.
Semoga berlanjut pada petualangan perasaan.
Melengkapi kisah antara Aku dan Dewi.

USEP HASAN S.

Comments