Berlian Kemanusiaan


Adriana Francesca Lima, super model pakaian dalam Victoria’s Secret (VS), dipilih sebagai Victoria’s Secret Angel dan dinobatkan sebagai model yang memperkenalkan produk terbaru Bra Berlian 124 karat keluaran VS akhir tahun ini. Di lain tempat, pada 2 Oktober 2010, Risty Tagor menikah dengan Rifky Balweel menyerta maskawin cincin emas bertahta berlian.
Acara tersebut, menyertai logika publikasinya, semakin melanggengkan bahwa perempuan identik dengan berlian. Kualitas clarity-color-cut-carrat (4 C) batu terkuat itu dinilai sebagai simbol kualitas kaum hawa. Hal ini terkesan paradoks. Biasanya berlian disemaikan oleh laki-laki kepada perempuan “baik-baik”, manis, lembut, yang (besar kemungkinan) tak mengalami kehidupan sekeras berlian.
Berlian, secara genuine adalah intan. Dalam strata batuan mineral, intan menempati puncak. Ia tak hanya kuat, melainkan (hampir) mutlak kokoh sempurna. Ketika intan (diamond) digosok dan dibentuk, ia menghadirkan efek pantulan cahaya yang cemerlang maksimum (brilliant). Efek brilliant menyilaukan mata untuk memilikinya. Alhasil, tingkat kesempurnaan kekuatan dan keindahannya, membuat berlian tinggi nilai.
Tapi siapa sangka, sebagian perhiasan berlian di dunia diproduksi menggunakan cara yang bertolak belakang dengan keindahannya. Di balik kemilaunya, terdapat kelamnya kemanusiaan. Batu bening yang biasa teruntai indah menggantung di daun telinga, melingkar di leher, atau ajeg dipasang di atas cincin emas yang mengelilingi jari, ternyata didapat dari alam dengan menyertai tindak biadab manusia.
Sudah sering diberitakan bahwa berlian menjadi “penyebab” tragedi kemanusiaan di berbagai belahan muka bumi. Tahun 2009 tim badan keamanan PBB menemukan tanda adanya praktek perdagangan berlian ilegal yang dilakukan Israel di Pantai Gading. Sebelumnya, pada tahun 2003, Kimberley Process Certification Scheme (Skema Sertifikasi Proses Kimberley-KPCS) berusaha menghentikan perdagangan berlian di tengah bangkitnya perang saudara di Angola, Sierra Leone, dan Liberia, yang sebagian besar dibiayai oleh perdagangan berlian ilegal—suaramedia.com (31/10/2009).
Tahun ini, Human Rights Watch meminta lembaga pengawas perdagangan berlian dunia agar Zimbabwe dikeluarkan dari daftar Kimberley Process, sebuah lembaga global yang bertanggungjawab atas upaya mengakhiri perdagangan “berlian berdarah” yang hasilnya dipakai untuk mendanai berbagai peperangan di Afrika. Kelompok HAM yang berkantor pusat di New York, Amerika Serikat, ini mengatakan penelitinya memiliki bukti kuat bahwa tentara Zimbabwe membunuh lebih dari 200 orang, memperkosa, dan memaksa anak-anak menjadi budak tambang berlian di Marange—www.bbc.co.uk (28/6/2010).
Dalam dua dekade pasca akhir Perang Dingin, wilayah barat Afrika porak poranda karena perang saudara. Hasil jual penyelundupan berlian dari tambang di Liberia dan Sierra Leone digunakan untuk pembelian senjata dan logistik perang. Lebih dari 200 ribu jiwa hilang memperebutkan tambang batu mulia itu. Sampai 2010, kasus kemanusiaan ini tak banyak diliput media, hingga super model Naomi Campbell mau hadir di persidangan sebagai saksi dari rantai pembantaian manusia di Afrika.
Semua tragedi itu bisa kita lihat melalui fiksi bersyarat data. Film garapan Edward Zwick, Blood Diamond, membuat Leonardo Di Caprio, salah satu pemerannya, menyimpulkan bencana kemanusiaan di Afrika dengan kalimat, “di Amerika Serikat berkilauan berlian, di Afrika berkilauan (api) tembakan.” Juga film ‘Lord of War’, dibintangi aktor flamboyan Nicholas Cage, yang menguak fakta bahwa bisnis berlian dan senjata api merupakan persetubuhan yang sangat hangat dengan darah. Sebuah sajian paradoksal supremasi keindahan perempuan.
Afrika merupakan benua tempat berlian banyak dihasilkan. Mungkin istilah “benua hitam” merupakan upaya menutupi fakta lapang Afrika tempat berlian bergelimang. Afrika Selatan, Angola, Namibia, Botswana, Lesoto, Kongo, Republik Afrika Tengah, Tanzania, Ghana, Cote D’ Ivoire (Pantai Gading), Liberia, Guinea, dan Sirrea Leone, merupakan negara-negara yang di jengkal ranah pijaknya terdapat batu mulia itu. Mungkin kata “hitam” dilekatkan pada benua tempat istilah “Aphartheid” menggema itu untuk menekankan bahwa “mereka”, yang hitam, tak berhak mendapatkan keuntungan dari berlian yang bening nan kemilau. Istilah “Tanjung Harapan” bagi Afrika seakan tak tepat karena harapan akan tegaknya kemanusiaan begitu jauh, laksana ras negroid itu berjalan kaki dari tanah airnya menuju tempat HAM pertamakali berkumandang.
Kita tahu bahwa dehumanisasi tak manusiawi. Tapi entah kenapa bisnis berlian mampu menggerakan pencari perut kenyang menembakan butir kaliber dari AK47 hingga nyawa orang meregang. Jaminan tumpukan uang ekspor industrinya membungkam generasi muda yang kritis dan menjadikan mereka sebagai mesin pembunuh bagi penghalang rantai distribusi berlian. Dan para perempuan pun tak lepas dari pelecehan melalui proses itu.
Tak benar memang bila berlian disalahkan. Namun, batu hasil tempaan tekanan dan suhu tinggi dari alam itu terlanjur dipuja peradaban kuno manusia yang berdasar mental materialistik. Dasar mental itu telah mengukuhkan tangan besi yang merendahkan kelas pekerja untuk menekan biaya produksi.
Evolusi pikir/rasa manusia seharusnya bisa merubah dasar mental itu. Manifesto kekokohan dan keindahan seharusnya bisa dirubah kepada sesuatu yang tak terjebak pada bentuk. Bentuk memang merepresentasikan nilai, dan di balik materi pasti ada spirit (imateri) yang membuat sesuatu jadi ada terasa. Tetapi bentuk tak bisa mewakili nilai secara utuh. Yang material bukanlah yang spiritual penuh. Sehingga, untuk menghindari watak materialistik kita perlu men-cari/temu-kan berlian lain.
Berlian berbentuk batu jelas tak lebih tinggi dari manusia. Sungguh pikir/rasa yang kelam bagi manusia yang menganggap tinggi/rendah-nya nilai ditentukan dengan ada/tidak-nya batu bening berkilau melekat di tubuh manusia. Berlian baru diperlukan untuk menggeser perwakilan wujud nilai tinggi/rendah-nya manusia yang terlalu material(istik) itu.
Berlian yang lain, dalam makna yang kokoh dan indah, bukanlah batu, melainkan manusia itu sendiri. Kemanusiaan merupakan makna yang melampaui materi. Kecemerlangannya berasal dari potensi sebagai makhluk paling sempurna. Ia bukanlah entitas bergeming, melainkan hidup bergerak mencari dan menebar inspirasi bagi kehidupan. Kilaunya bukan berasal karena biasan dan pantulan sinar di luar sekitarnya, melainkan bersumber dari pikir dan rasa kemanusiaan. Sungguh telah rusak hati dan otak kita bila mengorbankan manusia demi kepentingan dan kepemilikan materi.
Tentu tak tak semua berlian di dunia diperoleh dari alam dengan cara kelam. Tapi kenyamanan pikir/rasa kita perlu diganggu. Adalah mutlak bahwa meninggikan perempuan bukanlah dengan tingkat 4C dari seuntai maupun sebongkah batu. Dan hendaklah kita meyakini bahwa menyamakan, menggantikan atau menghilangkan manusia dengan materi adalah dehumanisasi.
Selamat hari HAM sedunia. Cita kemanusiaan di dunia masih jauh dari banyak pasang mata yang memilih melihat tabur berlian di dada Lima, dan kamera yang malah menyorot Risty Tagor dengan berlian penggenap agama. Semoga peringatan HAM tahun ini bisa memalingkan banyak manusia kepada haknya yang asasi. []


Usep Hasan S.

Comments